Banyak yang berpendapat bahwa kaum milenial saat ini tidak cukup pintar dalam mengelola keuangannya. Padahal di era digital seperti sekarang, seharusnya semakin mudah bagi para milenial untuk lebih melek finansial.
Tentu hal ini terjadi bukan tanpa alasan, ada perbedaan karakteristik dan gaya hidup antara kaum milenial dengan generasi-generasi sebelumnya. Faktanya, kebanyakan dari kaum milenial saat ini cenderung memiliki gaya hidup yang boros.
Mungkin sudah bukan hal yang mengherankan lagi jika istilah FOMO dan YOLO sangat melekat pada generasi milenial. Ketakutan ketinggalan tren yang sedang berlangsung atau FOMO (fear of missing out). Dan bersembunyi dibalik kata YOLO (you only live once) untuk terus menikmati hidup saat ini tanpa ada rasa khawatir terhadap masa depan.
Kebiasaan buruk seperti itulah yang pada akhirnya membuat kaum milenial memiliki gaya pengelolaan keuangan yang berbeda dari generasi di atasnya. Mari simak artikel ini untuk tahu seperti apa kebiasaan milenial dalam mengatur keuangan.
Terbiasa Dengan Utang Konsumtif
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan kepada sepuluh anak muda, tujuh diantaranya menyatakan bahwa keuangan dikatakan stabil jika seseorang mampu membayar semua cicilan setiap bulannya.
American Institute of Certified Public Accountants pernah melakukan survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 75% milenial ingin membeli pakaian, gadget model terbaru, hingga mobil yang sama dengan teman-temannya. Dan setengah dari para milenial tersebut akhirnya menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi.
Terbukti bahwa generasi milenial memang lebih memilih memanfaatkan fasilitas kredit untuk mendapatkan barang incarannya.
Ditambah lagi sekarang ini semakin banyak platform yang menawarkan kemudahan berbelanja dengan sistem paylater. Sistem pembayaran kredit tanpa menggunakan kartu ini sangat populer di kalanga milenial. Pasalnya, barang apa saja bisa dibeli saat itu juga dan dilunasi bulan depannya atau sesuai jangka waktu cicilan yang dipilih.
Utang konsumtif bagi sebagian besar milenial bukan suatu masalah, asalkan sanggup membayar cicilan sampai lunas. Dan tak jarang jumlah utang yang dimiliki lebih besar dari pendapatan.
Kebiasaan Dalam Menabung
Generasi milenial tentu sudah menyadari pentingnya menabung sedini mungkin. Kebiasaan menabung yang mungkin sudah diajarkan sejak kecil oleh kedua orang tua pun dilanjutkan hingga saat ini.
Tetapi kebanyakan dari milenial mempunyai kebiasaan menabung yang berbeda dari generasi sebelumnya. Hampir setengah dari kaum milenial menabung untuk kebutuhan jangka pendek, seperti menghadapi situasi darurat. Bahkan tak sedikit yang menabung hanya untuk dibelanjakan barang-barang yang sebenarnya tidak begitu penting.
Hal tersebut tentunya memang bagus karena yang terpenting sudah bisa membangun kebiasaan rutin menabung. Namun ada baiknya untuk memikirkan tujuan finansial jangka panjang.
Menabung untuk mempersiapkan hari tua atau masa pensiun, membeli rumah maupun mobil. Kebutuhan jangka panjang ini masih belum menjadi fokus utama para milenial.
Selain itu, sebagian besar milenial juga masih menggunakan produk tabungan biasa, seperti tabungan bank maupun deposito. Rata-rata ingin menabung dengan cara yang aman dan tidak penuh risiko.
Milenial Dalam Berinvestasi
Kesadaran milenial untuk berinvestasi sebenarnya masih sangat rendah. Tidak cukup banyak yang mulai berinvestasi atas kemauan sendiri karena sudah menyadari bahwa investasi merupakan salah satu cara tepat untuk mempersiapkan finansial jangka panjang.
Beberapa yang memilih untuk investasi hanya mengikuti tren atau orang sekitarnya. Maka tak heran jika para milenial ini banyak yang gagal dalam berinvestasi, bahkan mengalami kerugian materil. Hal ini dibuktikan dari hasil riset yang dilakukan oleh Luno dalam The Future of Money, sebanyak 69% milenial di Indonesia berinvestasi tanpa strategi.
Karakter milenial yang menyukai hasil instan juga berpengaruh pada kebiasaan berinvestasi. Tak sedikit milenial yang berani mengambil risiko tinggi karena menginginkan return atau keuntungan yang besar. Apalagi semua jenis intrumen investasi diperjualbelikan dengan mudah hanya dengan melalui gadget. Sehingga untuk memutar uang di pasar modal bisa dilakukan dengan praktis dan cepat.
Sebaiknya sebelum mulai berinvestasi, pahami dulu bagaimana cara menganalisa pasar. Sesuaikan juga dengan tujuan finansial dan besar kecil risikonya sebelum memilih produk investasi.
Impulsive Spending
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kebiasaan FOMO dan YOLO sulit dihindari para generasi milenial. Seringkali justru banyak yang berlindung pada kata self reward, hingga akhirnya berisiko membangkrutkan keuangan.
Setiap kali gajian, para milenial tersebut tidak langsung menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung atau investasi. Uang hasil kerja kerasnya langsung digunakan untuk membeli barang-barang yang sudah diinginkan sebelumnya. Bahkan tidak dipisahkan terlebih dahulu untuk mencukupi kebutuhan primer.
Alhasil, sering terjadi gaji bulanan sudah habis sebelum akhir bulan. Ini tentu merupakan kebiasan buruk dalam mengatur keuangan.
Itulah tadi beberapa kebiasaan para milenial dalam mengatur keuangan. Semoga ulasan di atas bisa kamu jadikan pembelajaran agar tidak memiliki kebiasaan yang sama.